BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ilmu Budaya Dasar
(IBD) sebagai mata kuliah dasar umum (MKDU) diberikan kepada
mahasiswa-mahasiswa di seluruh perguruan tinggi negeri atau swasta, bertujuan
untuk mengembangkan daya tangkap, persepsi, penalaran, dan apresiasi terhadap
lingkungan budaya. Hal ini penting disebabkan oleh dua hal:
1. Tema-tema ilmu
budaya dasar merupakan tema-tema inti permasalahan dasar manusia yang dialami
dan dihadapi seperti tema-tema yang telah disusun oleh Konsorium Antar-Bidang
Depdikbud yang meliputi cinta kasih, keindahan, penderitaan, keadilan,
pandangan hidup, tanggung jawab dan keadilan, kegelisahan, dan harapan.
2. Pada zaman sekarang
terdapat kecenderungan bahwa ilmu atau ilmuan sering mengabaikan masalah sikap
dan perilaku moralnya sendiri terhadap sesama manusia. Yang ada dalam pikiran
ilmuan adalah menguak tabir aspek ontologis dan epistemologis demi mencapai
kelezatan hidup materialnya saja. Ilmuwan dalam menerapkan ilmunya (segi
aksiologisnya) sering mengabaikan unsur manusiawinya, kurang berbudaya, dan
tidak “halus”. Padahal, pembangunan nasional itu pada hakikatnya adalah
pembangunan manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari
Ilmu Budaya Dasar?
2. Apa latar belakang
adanya ilmu budaya dasar?
3. Mencakup apa saja
Ilmu pengetahuan menurut Prof. Dr. Hasya Bachtiar ?
4. Apa saja ruang
lingkup ilmu budaya dasar?
5. Apa hubungan ilmu
budaya dasar dengan ilmu eksak?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ilmu Budaya Dasar
“Ilmu Budaya
Dasar” adalah suatu pengetahuan yang menelaah berbagai masalah kemanusiaan dan
budaya, dengan menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari dan telah
dikembangkan oleh berbagai bidang pengetahuan keahlian yang tergolong dalam
Pengetahuan Budaya.
Definisi tentang pengetahuan budaya : “Pengetahuan
Budaya (the humanities) adalah pengetahuan yang mencakup keahlian (disiplin)
seni dan filsafat. Keahlian ini dapat dibagi lagi dalam keahlian-keahlian lain,
seperti seni sastra, seni tari, seni music, seni rupa dan lain-lain. Dengan
demikian disini jelas dapat dibandingkan antara pengertian the humanities (Ilmu
Budaya Dasar) dengan Culture (Kebudayaan). The Humanities atau Humaniora itu
menurut L.Wilardjo adalah : sikap dan perilaku masal moral manusia terhadap
sesamanya. Jadi Humaniora ini dilihat dari definisi L.Wilarjo sebagai
seperangkat sikap dan perilaku manusia.
Sedangkan kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) =
culture (bahasa Inggris) = tsaqafah (bahasa Arab), berasal dari perkataan
Latin: “Colere” yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan
mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini
berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah
dan mengubah alam”. Ditinjau dari bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari
bahasa Sansekerta “buddhayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi
atau akal.
Pendapat lain mengatakan bahwa kata budaya adalah
sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budidaya, yang berarti daya dan
budi.
Karena itu mereka membedakan antara budaya dan
kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa; dan
kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut. Menurut Dawson
dalam bukunya “Age Of The Gods”, kebudayaan adalah cara hidup bersama (Culture
is a common way of life). Sedangkan menurut E.B Taylor dalam bukunya :
“Primitive Culture” kebudayaan adalah suatu satu kesatuan atau jalinan
kompleks, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, susila, hokum,
adat-istiadat dan kesanggupan-kesanggupan lain yang diperoleh seseorang sebagai
anggota masyarakat. Dan Dr.Moh.Hatta mengatakan kebudayaan adalah ciptaan hidup
dari suatu bangsa.
Sepintas definisi-difinisi tersebut kelihatan
berbeda-beda, namun sebenarnya prinsipnya sama, yaitu sama-sama mengakui adanya
ciptaan manusia. Dapat kita tarik kesimpulan bahwa : Kebudayaan adalah hasil
buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Dan budaya adalah daya
dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa.
2.2 Latar Belakang Ilmu Budaya Dasar
Latar
belakang ilmu budaya dasar bermula dari kritik yang diberikan oleh sejumlah
cendikiawan mengenai system pendidikan kita yang dinilai sebagai warisan system
pendidikan pemerintahan Belanda pada masa penjajahan. System pendidikan
tersebut merupakan kelanjutan dari politik balas budi yang diajukan oleh Conrad
Theodore Van Deventer. Adapun tujuannya adalah menghasilkan tenaga terampil
dalam bidang administrasi, perdagangan, teknik,dan keahlian lain demi
kelancaran usaha mereka dalam mengeksploitasi kekayaan Negara kita.
Sampai sekarang, system pendidikan yang
terkotak-kotak telah menghasilkan banyak tenaga ahli yang berpengalaman dalam
disiplin ilmu tertentu.
Padahal pendidikan itu seharusnya lebih ditujukan
untuk menciptakan kaum cendikiawan daripada mencetak tenaga yang terampil. Para
lulusan perguruan tinggi diharapkan
dapat berperan sebagai sumber utama bagi pembangunan
Negara secara menyeluruh. Dari mereka diharapkan adanya sumbangan ide bagi
pemecahan masalah social masyarakat yang sangat kompleks dan berkaitan satu dan
lain, dan juga dalam masalah budaya. Sehingga perguruan tinggi Indonesia mampu
menghasilkan sarjana yang tidak asing dengan kehidupan masyarakat serta gejolak
perkembangan dan kebutuhannya, dan juga mengenali dimensi lain di luar disiplin
ilmunya. Sebagai ikhtisar untuk tujuan itu, Ilmu Budaya Dasar diberikan sebagai
pelengkap pembentukan sarjana, yang mampu memecahkan permasalahan yang timbul
dalam lingkungan masyarakat.
Latar belakang diberikannya IBD selain melihat
konteks budaya Indonesia, juga sesuai dengan program pendidikan di Perguruan
Tinggi dalam rangka menyempurnakan pembentukan sarjana. Perguruan tinggi
diharapkan dapat menghasilkan sarjana-sarjana yang mempunyai seperangkat
pengetahuan yang terdiri atas :
·
Kemampuan akademis yang merupakan kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah,
baik lisan maupun tulisan, menguasai peralatan analisis, maupun berfikir logis,
kritis, sistematis, dan analitis, memiliki kemampuan konsepsional untuk
mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi, serta mampu menawarkan
alternatife pemecahannya.
·
Kemampuan profesional yang merupakan kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli
yang bersangkutan. Dengan kemampuan ini, para tenaga ahli diharapkan memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi dalam bidang profesinya.
·
Kemampuan personal yang merupakan kemampuan kepribadian. Dengan kemampuan ini
para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga
mampu menunjukkan sikap, tingkah laku dan tindakan yang mencerminkan
kepribadian
Indonesia, memahami dan mengenal nilai-nilai
keagamaan, kemasyarakatan dan kenegaraan, serta memiliki pandangan yang luas
dan peka terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarkat Indonesia.
Adapun latar belakang diberikannya mata kuliah IBD
dalam konteks budaya, Negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan
permasalahannya sebgai berikut :
·
Kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan
segala keanekaragaman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaannya,
yang biasanya tidak lepas dari ikatan-ikatan primordial, kesukuan dan
kedaerahan.
·
Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat yang menimbulkan
pergeseran system nilai budaya dan sikap yang mengubah anggota masyarakat
terhadap nilai-nilai budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas social,
yang diikuti oleh hubungan interaksi yang bergeser dalam kelompok masyarakat.
Sementara ini, terjadi juga penyesuaian dalam hubungan antar anggota
masyarakat. Dengan demikian, dapat dipahamai bila penggeseran nilai itu membawa
akibat jauh dalam kehidupan berbangsa.
·
Kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi massa dan transportasi, membawa pengaruh
terhadap intensitas kontak budaya antarsuku maupun dengan kebudayaan dari luar.
Terjadinya kontak budaya dengan kebudayaan asing bukan hanya menyebabkan
intensitasnya menjadi lebih besar, tetapi juga penyebarannya berlangsung dengan
cepat dan luas jangkauannya. Terjadilah perubahan orientasi budaya yang
kadang-kadang menimbulkan dampak terhadap tata nilai masyarakat, yang sedang
menumbuhkan identitasnya sendiri sebagai bangsa.
2.3 Ilmu Pengetahuan Menurut Prof. Dr. Hasya
Bachtiar.
Untuk mengetahui bahwa Ilmu Budaya Dasar termasuk
kelompok pengetahuan budaya, terlebih dahulu kita akan mengetahui pengelompokan
ilmu pengetahuan berdasarkan pengemukakan oleh Prof. Dr. Hasya Bachtiar berikut
ini:
1. ) Ilmu-ilmu Alamiah(Natural Science)
Ilmu ini bertujuan untuk mengetahui keteraturan-keteraturan yang ada di dalam
alam semesta. Untuk itulah diperlukan metode ilmiah. Caranya dengan menentukan
hukum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan tersebut. Setelah itu
dibuatlah suatu analisis untuk menentukan suatu kualitas yang hasilnya nanti
akan digeneralisasikan(diumumkan). Setelah itu dibuatlah prediksi. Hasil dari
penelitian tersebut adalah 100% benar dan 100% salah. Contoh Ilmu yang termasuk
dalam kategori ini adalah: astronomi, fisika, biologi, kimia, kedokteran, dan
mekanika.
2. ) Ilmu-ilmu Sosial(Social Science)
Ilmu ini ini digunakan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang ada di dalam
kehidupan manusia.
Untuk itulah digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah.
Tetapi hasil
penelitiannya tidaklah mungkin 100% benar, hanya mendekati kebenaran saja yang
disebabkan oleh
tidak dapat berubahnya keteraturan dalam kehidupan manusia tersebut dari waktu
ke waktu.
Contoh Ilmu yang termasuk ke dalam kategori ini
adalah: Ilmu Ekonomi, Sosiologi, Politik, Demografi,
Psikologi, dsb.
3 .) Pengetahuan Budaya(The Humanities)
Ini bertujuan untuk Memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat
manusiawi. Untuk mengkaji itu digunakanlah peristiwa-peristiwa dan
pernyataan-pernyataan yang bersifat unik, lalu diberi arti. Umumnya
peristiwa-peristiwa dan pernyataan-pernyataan tersebut ada di dalam
tulisan-tulisan. Metode ini tidak ada kaitannya dengan metode ilmiah, hanya
mungkin ada separuh dari metode ilmiah.
Pengetahuan Budaya dibatasi terbatas sebagai
pengetahuan yang mencakup disiplin seni dan filsafat.
Keahlian inipun dapat dibagi-bagi ke dalam berbagai bidang keahlian lain,
seperti seni tari,
seni rupa, seni musik, dsb. Sedangkan ilmu budaya dasar adalah usaha yang
diharapkan akan dapat
memberikan pengertian yang umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk
mengkaji masalah-masalah
yang berkaitan dengan manusia dan kebudayaan itu sendiri. Dengan kata lain,
ilmu budaya dasar menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai
bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran dan kepekaan
dalam mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Ilmu Budaya dasar memang berbeda dengan pengetahuan
Budaya. Dalam Bahasa Inggris, Ilmu Budaya Dasar disebut “Basic Humanities”,
sedangkan pengetahuan budaya disebut “The Humanities”. Ilmu Budaya Dasar
mengkaji tentang pengetahuan dasar dan pengertian-pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangka untuk mengkaji masalah manusia dan budaya.
Sedangkan pengetahuan budaya hanya mengkaji nilai-nilai manusia sebagai mahluk
berbudaya(homo humanus) saja.
2.4 Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar
Bertitik tolak
dari kerangka tujuan yang telah dikemukakan di atas, ada dua masalah yang bisa
dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata
kuliah Ilmu Budaya Dasar. Kedua masalah tersebut ialah :
·
Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan
dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (The Humanitie),
baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) di dalam pengetahuan budaya,
maupun secara gabungan (antara bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan
budaya.
·
Hakikat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam
perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing zaman dan tempat. Dalam melihat
dan menghadapi lingkungan alam, social dan budaya, manusia tidak hanya
mewujudkan kesamaan-kesamaan, akan tetapi ketidak seragaman yang diungkapkan
secara tidak seragam, sebagaimana yang terlihat ekspresinya dalam berbagai
bentuk dan corak ungkapan, pikiran dan persamaan, tingkah laku, dan kelakuan
mereka.
Menilik masalah pokok yang biasa dikaji dalam mata
kuliah Ilmu Budaya Dasar tersebut di atas, Nampak dengan jelas bahwa manusia
menempati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak saja sebagai subjek
akan tetapi sekaligus objek pengkajian. Bagaimana hubungan manusia dengan alam
sesama manusia, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula
hubungan manusia dengan Tuhan menjadi sentral dalam Ilmu Budaya Dasar.
Tim IBD dari Konsorsium sudah berusaha mengadakan
pembagian masalah-masalah tersebut secara fleksibel. Pada tahun 1972 misalnya,
masalah-masalah tersebut dibagi menjadi 10 tema atau 10 topik :
1. Manusia dan
pandangan hidup
2. Manusia dan asuhan
3. Manusia dan
tanggung jawab
4. Manusia dan cinta
kasih
5. Manusia dan
kegelisahan
6. Manusia dan derita
(penderitaan)
7. Manusia dan harapan
8. Manusia dan
ketulusan
9. Manusia dan
pengabdian
10. Manusia dan keadilan
Pada tahun 1973 Tim IBD membagi masalah-masalah
tersebut menjadi 15 tema atau topic, yang disusun sesuai dengan “lingkungan
hidup manusia”.
1. Kelahiran
2. Kebahagiaan dan
humor
3. Cinta kasih dan
keterbukaan
4. Kedirian manusia
dan perkelaminan
5. Pengeluaran,
pemanfaatan, dan penaklukan alam
6. Keindahan dan
khayalan
7. Kekuatan dan
kehormatan
8. Kedakuan,
pemberontakan, dan perbudakan
9. Penderitaan
10. Keadilan dan hak
11. Kebebasan
12. Kebijakan dan pandangan hidup
13. Kerinduan Ilahi
14. Iman dan kesucian
15. Kematian
Kemudian pada tahun 1978, Tim IBD menyusun kembali
masalah-masalah tersebut menjadi 7 topik yaitu :
1. Keadilan
2. Tanggung jawab
3. Cinta kasih
4. Pengabdian
5. Harapan
6. Kegelisahan
7. Penderitaan
Dan pada tahun 1980 Tim IBD merumuskan menjadi 8
topik :
1. Pandangan hidup
2. Keindahan
3. Cinta kasih
4. Tanggung jawab dan
pengabdian
5. Keadilan
6. Kegelisahan
7. Penderitaan
8. Harapan
Akhirnya pada tahun 1982 Konsorsium menurunkan
rumusan terbaru sebagai berikut:
Mata kuliah Ilmu Budaya Dasar adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan
untuk mengkaji masalah-masalah budaya.
Kedua maslah pokok tersebut di atas, sudah barang tentu masih memerlukan
penjabaran lebih lanjut untuk bisa dioperasionalkan. Rumusan masalah-masalah
yang akan dikaji dalam Ilmu Budaya Dasar diformulasikan ke dalam satu tema,
yaitu menusia sebagai makhluk Budaya. Tema ini akan dikembangkan lebih lanjut
ke dalam delapan pokok bahasan, dan sub pokok bahasan, yaitu :
1. Manusia dan cinta
kasih
-
Cinta antara pria dan wanita
-
Kekeluargaan
-
Persaudaraan
2. Manusia dan
keindahan
-
Kontemplasi
-
Ekstasi
3. Manusia dan
penderitaan
-
Nasib buruk
-
Penyesalan
-
Kehilangan yang dicintai
4. Manusia dan
keadilan
- Rasa keadilan
- Perlakuan yang adil
5. Manusia dan
pandangan hidup
-
Cita-cita
-
Kebajikan
6. Manusia dan
tanggung jawab serta pengabdian
-
Kesadaran
-
Kewajiban
-
Pengorbanan
7. Manusia dan
kegelisahan
-
Keterasingan
-
Kesepian
-
Ketidakpastian
8. Manusia dan harapan
-
Kepercayaan diri
-
Gairah mengatasi kesulitan
Dari pengembangan masalah-masalah tersebut di atas
nempak sekali bahwa orientasi dalam Ilmu Budaya Dasar memang tidak terlepas
dari masalah-masalah manusia dan kebudayannya.
Kedelapan pokok bahasan (beserta sub pokok bahasan)
tersebut di atas pada dasarnya termasuk dalam karya-karya yang tercakup dalam
pengetahuan budaya (the humanities).
Dan sebagaimana dikemukakan, untuk mendekati masalah
yang akan dikaji dengan Ilmu Budaya Dasar, bisa digunakan cabang-cabang
pengetahuan budaya, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan antara berbagai
bidang. Perwujudan mengenai cinta kasih, misalnya terdapat dalam karya-karya
sastra, tarian, music, filsafat, lukisan, patung dan lain sebagainya yang
semuanya merupakan benda-benda budaya. Untuk itu poko bahasan mengenai manusia
dan cinta kasih dapat didekati dengan menggunakan karya-karya tersebut.
Dengan penyusunan tema-tema semacam itu, dimaksudkan
agar mahasiswa lebih mudah mengidentifikasikan dengan masalah yang dibahas dan
untuk menunjukkan bahwa hal-hal yang didiskusikan sesuai dengan pengalaman
hidup manusia.
Di samping itu agar mahasiswa juga dapat
memperhatikan norma-norma yang membantu pendidikan. Walaupun penyusunan semacam
itu diharapkan untuk mendekatkan dengan pengalaman mahasiswa, masih terbuka
kemungkinan untuk menyesuaikan dengan kondisi tempat belajar daerah setempat.
2.5 Hubungan Ilmu Budaya Dasar dengan Ilmu-Ilmu
Eksak.
1.
Hubungan IBD dengan Ilmu Teknik
Sesuai dengan pengertian dan sasaran ilmu budaya,
maka tidak mengherankan jika pengetahuan budaya dasar itu berkaitan sekali
dengan ilmu-ilmu teknik, justru ilmu teknologi itu adalah hasil dari budaya
manusia. Karena itu tidak mengherankan, jika karya budaya itu menuntut
kekuatan, keindahan, kepraktisan, dan sebagainya.
Hal itu dapat kita perhatikan pada hasil yang berbentuk
bangunan-bangunan, seperti rumah, bangunan jembatan, motor, robot dan lain
sebagainya.
2. Hubungan IBD dengan
Ilmu Pertanian
Sesuai dengan pendapat dalam uraian di atas, yaitu
hubungan IBD dengan ilmu-ilmu teknologi, maka hubungan IBD dengan ilmu-ilmu
pertanian sama juga.
Hasil kesadaran budi manusia berkaitan erat dengan
ilmu-ilmu pertanian. Hal itu terjadi sejak masyarakat kita bersifat agraris.
Sekarang, dalam masa modern ini hasil budi kita juga
mengacu arah kemajuan. Karena itulah, maka IBD berusaha mengikuti perkembangan
dan mengaitkan dengan ilmu-ilmu pertanian modern, antara lain: berperhatian
pada tanah sebagai fokusnya, pada tanam-tanamannya, pada hama dan penyakitnya
dan berperhatian kepada perekonomiannya dan seterusnya.
·
Hubungan IBD dengan tanah sebagai fokusnya
Konsep IBD merupakan pengejawantahan manusia yang
berbudi, sadar untuk berperhatian langsung kepada tanah sebagai focus
sasarannya. Manusia itu bergabung dengan manusia lain dan akhirnya akan
berkelompok. Mereka mempunyai tujuan yang sama untuk mencapai cita-citanya dan
mereka itulah yang kita sebut masyarakat. Dalam masyarakat itulah biasanya
mereka membuat peraturan-peraturan bersama dan peraturan itu ditiadakan,
kemudian peraturan itu diturunkan kepada anak keturunannya.
Mengenai hubungan manusia dengan tanah dalam alam
modern ini sering timbul pertentangan karena adat masyarakat itu. Masyarakat
mempertahankan berlakunya adat yang dipatuhi, sedang masyarakat modern
menginginkan ketidak patuhannya demi ide yang diliputi akal budi yang sadar.
Untuk kepentingan itu akal budi manusia selalu berusaha agar dapat
memperbolehkan tanahnya diolah dan diubah untuk meningkatkan produksi, serta
mengubah tanahnya yang kurang subur itu menjadi tanah yang subur serta bermanfaat
bagi masyarakat pada umumnya. Begitu pula mengenai penggunaan alat-alat modern
dalam pertanian, waktu pengolahan dan waktu bertanam. Biasanya usaha itu oleh
adat dianngap tabu.
Disinilah peranan ilmu budaya untuk mengatasi
kesulitan sampai mencapai tujuan.
·
Hubungan IBD dengan tanam-tanaman sebagai fokusnya
Sesuai dengann sub pokok bahasan mengenai
tanam-tanaman pun sering menjadi masalah yang rumit untuk di atasi. Hal itu
terasa sekali ketika kita akan mengubah tanaman pada jenis wulu dengan tanaman
padi jenis PB. Begitu pula bagaimana cara kita menjelaskan kepada masyarakat
untuk dapat izin menanam jenis tanaman tertentu dicampur dengan tanaman yang
lain yang berguna, tetapi tidak merugikan tanaman yang pokok. Jelas tidak
benar, jika para budayawan akan mencapai tujuannya itu dengan cara melawan
adat.
Di sinilah para budayawan pertanian berperan sekali
untuk mengajak masyarakat berpartisipasi dalam pengembangan di sector
pertanian.
Untuk meningkatkan pengembangan itu para ahli yang
berbudaya yang cocok dengan tanah kita.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
> Ilmu Budaya Dasar” adalah suatu
pengetahuan yang menelaah berbagai masalah kemanusiaan dan budaya, dengan
menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari dan telah dikembangkan oleh
berbagai bidang pengetahuan keahlian yang tergolong dalam Pengetahuan Budaya.
> Kebudayaan adalah hasil buah budi manusia
untuk mencapai kesempurnaan hidup. Dan budaya adalah daya dari budi yang berupa
cipta, karsa dan rasa.
> Latar belakang ilmu budaya dasar bermula
dari kritik yang diberikan oleh sejumlah cendikiawan mengenai system pendidikan
kita yang dinilai sebagai warisan system pendidikan pemerintahan Belanda pada
masa penjajahan dengan tujuan menghasilkan tenaga terampil dalam bidang
administrasi, perdagangan, teknik,dan keahlian lain demi kelancaran usaha
mereka dalam mengeksploitasi kekayaan Negara kita. Padahal pendidikan itu
seharusnya lebih ditujukan untuk menciptakan kaum cendikiawan daripada mencetak
tenaga yang terampil. Para lulusan perguruan tinggi diharapkan dapat berperan
sebagai sumber utama bagi pembangunan Negara secara menyeluruh. Dari mereka
diharapkan adanya sumbangan ide bagi pemecahan masalah social masyarakat yang
sangat kompleks dan berkaitan satu dan lain, dan juga dalam masalah budaya.
> Menurut Prof. Dr. Hasya Bachtiar , Ilmu
pengetahuan meliputi :
– Ilmu-Imu Alamiah ( Natural Science )
– Ilmu-Ilmu Sosial ( Social Science )
– Pengetahuan Budaya ( The Humanities )
> Ruang lingkup Ilmu Budaya Dasar terdiri
dari:
1. Manusia dan cinta
kasih
2. Manusia dan
keindahan
3. Manusia dan
penderitaan
4. Manusia dan
keadilan
5. Manusia dan
tanggung jawab serta pengabdian
6. Manusia dan
kegelisahan
7. Manusia dan harapan
> Hubungan IBD dengan ilmu eksak. Sesuai dengan
pengertian dan sasaran ilmu budaya, maka tidak mengherankan jika pengetahuan
budaya dasar itu berkaitan sekali dengan ilmu-ilmu teknik, justru ilmu
teknologi itu adalah hasil dari budaya manusia. Karena itu tidak mengherankan,
jika karya budaya itu menuntut kekuatan, keindahan, kepraktisan, dan
sebagainya. Jadi IBD merupakan ilmu yang bertugas mendasari mental pribadi
mahasiswa yang untuk dapat menerima, meresapi dan menghayati ilmu-ilmu budaya
di samping ilmu-ilmu lain yang menjadi ilmu disiplinnya
masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Sulaeman, Munandar. Ilmu Budaya Dasar. Bandung
: PT REFIKA ADITAMA, 1998