Selasa, 23 Desember 2014

Job Desc Perjalanan Wisata


Job description adalah suatu komponen penting dalam penentuan struktur gaji karyawan. Job description itulah yang menentukan apakah seorang karyawan memenuhi kualifikasi yang diperlukan untuk menjalankan suatu tanggung jawab, dan fasilitas apa yang akan didapatnya agar dia dapat menjalankan tanggung jawab tersebut dengan sebaik-baiknya.
Pada job desc ini di jelaskan semua kegiatan dan tugas-tugas para anggota kelompok. Ini merupakan job desc pembuatan video perjalanan/wisata ke tempat wisata di daerah bogor dan jakarta.

1.     Bagas Priambodo
Aktor
Pemeran sering disebut sebagai aktor adalah orang yang memainkan peran tertentu dalam suatu aksi panggung, acara televisi, atau film. Biasanya, pemeran adalah orang yang dididik atau dilatih secara khusus untuk melakukan sandiwara melalui suatu kursus atau sekolah, atau berpura-pura memerankan suatu tokoh sehingga tampak seperti tokoh sungguhan.
Job Desc :
-         Pada saat pengerjaan pembuatan video dari bekasi tepatnya stasiun bekasi
-         Pada saat pembuatan video di bogor (Kebun Raya Bogor)
-         Pada saat pembuatan video di Kota Tua, jakarta
-         Pada saat di perjalanan ke semua tempat pembuatan video tersebut

2.     Gilang Ilsan Tama Lubis
Editing Video
Editing video ialah kegiatan memilih, menyusun ulang, dan memanipulasi klip video untuk membuat rangkaian video yang memenuhi tujuan pembuatannya, misalnya untuk menceritakan sesuatu atau menyampaikan pesan (catatan : bahkan sebuah video dokumentasi keluarga atau video karya seni abstrak sebenarnya dapat dianggap memiliki pesan untuk disampaikan kepada pemirsa). Idealnya kegiatan editing video ini dilakukan dengan mengacu kepada dokumen tertentu berupa naskah skenario.
Job Desc :
-         Pada saat pengerjaan pembuatan video dari bekasi tepatnya stasiun bekasi
-         Pada saat pembuatan video di bogor (Kebun Raya Bogor)
-         Pada saat pembuatan video di Kota Tua, jakarta
-         Pada saat di perjalanan ke semua tempat pembuatan video tersebut
-         Pembuatan editing video

3.     Jossy Ade Candra
Aktor
Pemeran sering disebut sebagai aktor adalah orang yang memainkan peran tertentu dalam suatu aksi panggung, acara televisi, atau film. Biasanya, pemeran adalah orang yang dididik atau dilatih secara khusus untuk melakukan sandiwara melalui suatu kursus atau sekolah, atau berpura-pura memerankan suatu tokoh sehingga tampak seperti tokoh sungguhan.
Job Desc :
-         Pada saat pengerjaan pembuatan video dari bekasi tepatnya stasiun bekasi
-         Pada saat pembuatan video di bogor (Kebun Raya Bogor)
-         Pada saat pembuatan video di Kota Tua, jakarta
-         Pada saat di perjalanan ke semua tempat pembuatan video tersebut

4.     Julius Agung Gunawan
Camera Men (Juru Kamera)
Camera men (Juru kamera) adalah orang yang bertanggung jawab untuk semua aspek teknis pemotretan dan merekam gambar. Seorang juru kamera harus memastikan bahwa tidak ada kesalahan lakukan saat ia mengambil gambar. Dia harus memastikan bahwa ia mengambil gambar tajam (fokus), komposisi gambar (framing) yang tepat, pengaturan level atau tingkat suara yang sesuai, gambar warna yang sesuai dengan warna aslinya (alam) dan ia harus mendapatkan gambar (foto) yang terbaik.
Job Desc :
-         Merekam semua kegiatan perjalanan pada saat di perjalanan maupun di tempat tujuan seperti di kebun raya bogor dan kota tua jakarta.


5.     Muhammad Chandra Noviatussalam
Aktor
Pemeran sering disebut sebagai aktor adalah orang yang memainkan peran tertentu dalam suatu aksi panggung, acara televisi, atau film. Biasanya, pemeran adalah orang yang dididik atau dilatih secara khusus untuk melakukan sandiwara melalui suatu kursus atau sekolah, atau berpura-pura memerankan suatu tokoh sehingga tampak seperti tokoh sungguhan.
Job Desc :
-         Pada saat pengerjaan pembuatan video dari bekasi tepatnya stasiun bekasi
-         Pada saat pembuatan video di bogor (Kebun Raya Bogor)
-         Pada saat di perjalanan menuju kebun raya bogor
-         Tidak mengikuti pembuaatan video ke kota tua jakarta, karena sakit dan tidak mampu untuk melanjutkan ke tujuan berikutnya.

6.     Roby Yuliardi Sutopo
Aktor
Pemeran sering disebut sebagai aktor adalah orang yang memainkan peran tertentu dalam suatu aksi panggung, acara televisi, atau film. Biasanya, pemeran adalah orang yang dididik atau dilatih secara khusus untuk melakukan sandiwara melalui suatu kursus atau sekolah, atau berpura-pura memerankan suatu tokoh sehingga tampak seperti tokoh sungguhan.
Job Desc :
-         Pada saat pengerjaan pembuatan video dari bekasi tepatnya stasiun bekasi
-         Pada saat pembuatan video di bogor (Kebun Raya Bogor)
-         Pada saat pembuatan video di Kota Tua, jakarta
-         Pada saat di perjalanan ke semua tempat pembuatan video tersebut

Pemeran Tambahan :
1.     Arif Rahmanto (3KA29)
2.     Ade Nugraha (3KA28)
3.     Zulfan Efendi Nasution (3KA28)
Pemain ekstra adalah pemain yang tidak melakukan peranan penting tetap diperlukan dalam adegan. Kehadirannya dalam adegan seolah olah sebagai unsur set hidup disekitar pemain inti (utama) untuk menghidupkan suasana adegan. Sebagai misal dalam adegan pesta, pasar dan sebagainya banyak memerlukan pemain ekstra. Para pemain demikian oleh kalangan umum biasanya disebut Figuran sebutan ini pada dasarnya tidak terlalu salah karena mereka adalah figur figur tak bernama yang melintas atau lalu lalang dalam adegan.
Job Desc :
-         Pada semua kegiatan perjalanan pada saat di perjalanan maupun di tempat tujuan seperti di kebun raya bogor dan kota tua jakarta.

softskill Bahasa Indonesia : Tokoh yang meginspirasi

Inspirasi adalah percikan ide-ide kreatif yang waktu dan tempatnya jarang anda kenali, kecuali anda sudah melatih-diri dengan pembiasaan. Inspirasi adalah akibat-hasil dari proses pengembangan diri. Inspirasi merupakan penemuan momentum of “Aha”. Inspirasi dapat anda munculkan dengan ‘conditioning’.


Disini saya akan sedikit menceritakan tentang sosok yang menginsiprasi diri saya, yaitu seorang tokoh yang sangat menginspirasi bangsa dan juga negara indonesia dia adalah Bapak Bacharuddin Jusuf Habibie.
Dia merupakan sosok yang menginspirasi saya, terutama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, karena dia merupakan orang yang sangat pintar dibidang teknologi dan ilmu-ilmu pengetahuan tentang berbagai teknologi dunia pada masa itu. dia juga menginpirasi saya supaya selalu bekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam menggapai suatu cita-cita, seperti pada waktu dia membuat subuah pesawat terbang yang dibuat di indonesia kemudian berhasil dan sukses membawa nama indonesia ke mata dunia. dan dia merupakan sosok orang yang memiliki kesetiaan tinggi terhadap pasangannya/istrinya, hingga akhir hayat beliau selalu mencintai istrinya walaupun sekarang sang istri telah menginggal dunia. bagi saya dia merupakan sosok yang patut di teladani.
Gagasan, metode, strategi dan prinsip dasar yang dikemukakan Habibie telah membuka mata hati kita semua dari selubung batas ruang dan waktu dalam hal penguasaan pengetahuan dan teknologi. Bahwa penguasaan pada hal-hal yang paling sulit akan memungkinkan kita menjangkau pengetahuan dan teknologi dalam semua tingkat kesulitan di bawahnya. Artinya, tidak ada batas pencapaian dalam Iptek, yang membatasi hanyalah daya kemampuan kita menjangkau pemikiran.

Senin, 27 Oktober 2014

Tugas 2 : Softskill Bahasa Indonesia

Karangan Deskriptif, Naratif, Persuasif, dan Argumentatif

1.      Karangan Naratif

Karangan Naratif adalah karangan yang menceritakan atau mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca mengalami sendiri peristiwa itu.

Contoh:
Tepat ketika tanggal 10 Maret, sekolahku libur selama sembilan hari dan akan berakhir pada tanggal 18 Maret. Aku dan seluruh keluargaku tidak menyia-nyiakan waktu ini untuk mengadakan liburan keluarga. Ketika itu aku memilih berlibur ke Pantai Parangtritis. Pagi-pagi aku telah berbenah dan menyiapkan semua perbekalan yang nantinya diperlukan. Sepanjang perjalanan, aku iringi dengan nyanyian lagu riang. Betapa senangnya aku ketika sampai di pantai tersebut. Dengan hati suka ria, aku sambut Pantai Parangtritis dengan senyumku. Pantai Parangtritis, pantai nan elok yang menjadi favoritku. Tanpa menyia-nyiakan waktu, aku mengajak kakakku untuk bermain air. Kuambil air dan aku ayunkan ke mukanya. Dengan canda tawa, kami saling berbalasan. Puas rasanya, terasa hilang semua kepenatan karena kesibukan tiap harinya. Di sana, aku dan seluruh keluargaku saling berfoto-foto untuk mengabadikan momen yang indah ini. Tak terasa waktu berjam-jam telah kuhabiskan disana. Hari pun mulai sore menandakan perpisahan dan kembali pulang. Tak rela rasanya kebahagiaan ini akhirnya selesai. Dalam benakku, aku kan kembali esok.

2.      Karangan Deskriptif

Karangan Deskriptif adalah karangan yang menggambarkan sesuatu (objek) secara terperinci atau mendetil sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat, mendengar, dan merasakannyasendiri.

Contoh:
Masih melekat di mataku, pemandangan indah nan elok pantai Parang Tritis. Gelombang ombak bergulung-gulung datang silih berganti menyambutku serasa ingin mengajak bermain. Air yang jernih dan pasir putih lembut yang menghampar luas tanpa ada tumbuh-tumbuhan atau karang yang menghalangi membuatku ingin kembali lagi. Di sebelah kanan-kiri, aku bisa memandang air laut sejauh mata memandang, pandai dengan bukit berbatu, pesisir serta pemandangan bukit kapur di sebelah utara pantai. Kurasakan dingin membasuh kakiku karena ombah menghempas kakiku dan terasa asin air itu ketika bibirku terkena percikan. Sepanjang aku berjalan, hampir pinggiran pantai dipenuhi oleh pengunjung wisatawan. Kulihat ada yang berlari berkejar-kejaran di bibir pantai, bermain bola, bermain dengan air, berfoto-foto dengan latar sekitar pantai. Tapi yang paling membuatku tertarik, kulihat ada beberapa turis manca negara yang menikmati keindahan pantai ini dengan naik delman. Seperti apa yang aku lihat, pantai ini memang sangat ramai pengunjung. Tak pernah sunyi pantai Parang Tritis.


3.      Karangan Persuasif

Karangan Persuasif adalah karangan yang bertujuan untuk meyakinkan dan membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis.

Contoh:
Pantai Parangtritis memang memiki keindahan eksotis yang membuat wisatawan ramai berkunjung, tetapi juga sering menelan korban. Yang disayangkan, sebagian masyarakat Indonesia masih saja menganggap peristiwa tersebut berkaitan dengan hal-hal mistis, yakni dikarenakan Ratu Pantai Selatan meminta tumbal. Padahal, ada penjelasan ilmiah di balik musibah tersebut. Para praktisi ilmu kebumian menegaskan bahwa penyebab utama hilangnya sejumlah wisatawan di Pantai Parangtritis, Bantul, adalah akibat terseret rip current. Dengan kecepatan mencapai 80 kilometer per jam, arus balik tidak hanya kuat, tetapi juga mematikan. Jadi, banyaknya korban tenggelam tidak ada kaitannya sama sekali dengan anggapan para masyarakat. Ali Susanto, Komandan SAR Pantai Parangtritis, juga menambahkan bahwa disepanjang Pantai Parangtritis juga banyak terdapat palung (pusaran air) yang tempatnya selalu berpindah-pindah dan sulit diprediksi. Kondisi inilah yang sering banyak menimbulkan korban mati tenggelam. Oleh karena itu, selayaknya warga masyarakat tidak lagi percaya hal-hal gaib dan bisa mengedepankan penalaran logika atau akal sehat. Pemerintah daerah pun sebaiknya memberikan pemahaman yang benar mengenai penyebab bencana laut kepada warga di sekitar pantai. Informasi tersebut dapat diteruskan kepada wisatawan guna meningkatkan kewaspadaan mereka.

4.      Karangan Argumentatif

Karangan Argumentatif adalah karangan yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta

Contoh:
Pantai Parangtritis memang memiki keindahan eksotis yang membuat wisatawan ramai berkunjung, tetapi juga sering menelan korban. Yang disayangkan, sebagian masyarakat Indonesia masih saja menganggap peristiwa tersebut berkaitan dengan hal-hal mistis, yakni dikarenakan Ratu Pantai Selatan meminta tumbal. Padahal, ada penjelasan ilmiah di balik musibah tersebut. Para praktisi ilmu kebumian menegaskan bahwa penyebab utama hilangnya sejumlah wisatawan di Pantai Parangtritis, Bantul, adalah akibat terseret rip current. Dengan kecepatan mencapai 80 kilometer per jam, arus balik tidak hanya kuat, tetapi juga mematikan. Jadi, banyaknya korban tenggelam tidak ada kaitannya sama sekali dengan anggapan para masyarakat. Ali Susanto, Komandan SAR Pantai Parangtritis, juga menambahkan bahwa disepanjang Pantai Parangtritis juga banyak terdapat palung (pusaran air) yang tempatnya selalu berpindah-pindah dan sulit diprediksi. Kondisi inilah yang sering banyak menimbulkan korban mati tenggelam.

Perbedaan Karangan Deskriptif, Naratif, Persuasif, dan Argumentatif


Deskriptif
Naratif
Persuasif
Argumentatif
Ø Menggambarkan atau melukiskan sesuatu. 

Ø  Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera. 

Ø  Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri. 

Ø  Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan suatu objek secara terperinci.

Ø  Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.

Ø Dirangkai dalam urutan waktu.

Ø Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.

Ø Menekankan susunan secara kronologis.

Ø  Bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu.

Ø  Penulis tidak menggunakan bentuk paksaan terhadap pembaca, melainkan menggunakan upaya untuk merangsang pembaca mengambil keputusan sesuai kemauan penulis. Salah satu upaya itu adalah menyajikan bukti dan alasan.

Ø  Di dalamnya disertakan alasan  yang bersifat motorik dalam karangan / pada paparan.

Ø  Disertai alasan penulis untuk mempengarahui, meskipun terdapat data berupa bukti-bukti itu pun terdapat hanya sedikit.
Ø  Berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan pengarang sehingga kebenaran itu diakui oleh pembaca.

Ø  Pembuktian dilengkapi dengan data, fakta, grafik, tabel, gambar.

Ø  Pengarang berusaha mengubah sikap, pendapat atau pandangan pembaca.

Ø  Membuktikan kebenaran pendapat pengarang, kita dapat menggunakan bermacam-macam pola pembuktian dan menghindarkan keterlibatan emosi dan menjauhkan subjektivitas.

Tugas Sofstkill 1 : Bahasa Indonesia (Rencana Usaha)

Rencana Usaha Pupuk Tani


1.     Latar Belakang
Usaha pupuk tani ini saya buat untuk memudhkan para petani di indonesia khusunya di daerah bekasi dan sekitarnya untuk mendapatkan pupuk tani dengan kualitas terbaik dan supaya hasil dari semua tanaman yang mereka tanam bisa tumbuh dengan kualitas terbaik, mengingat daerah ini merupakan daerah dengan wilayah yang penduduknya sebagian masih ada yang berprofesi sebagai petani khususnya di daerah bekasi utara dan karawang. Karena indonesia adalah negara yang agraris dan memiliki tanah yang subur untuk ditanami berbagai macam tanaman baik buah, sayur, umbi-umbi-umbian dan padi. Disini saya lebih menekankan untuk penjualan pupuk untuk padi, karena mengingat padi adalah komodity utama dalam bidang pertanian, dan tidak lantas membuat saya untuk tidak menjual pupuk lain. Disini saya juga menjual pupuk untuk tanaman hias, tanaman yang berbuah, dan juga racun untuk membasmi hama-hama tanaman.

2.     Tujuan Usaha
Tujuan dari usaha ini yaitu untuk memberikan pelayanan terbaik bagi para petani dalam hal mendpaatkan dan membeli pupuk untuk tanaman mereka, karena tak sedikit petani yang kesulitan mendapatkan pupuk bagi tanaman yang mereka tanam. Dan usaha ini juga bertujuan untuk membuat tanaman yang di tanam lebih memiliki kualitas dan tidak kalah dengan hasil tanaman yang di luar negeri. Disini saya ingin supaya hasil tanaman indonesia lebih bisa di nikmati oleh negara kita sendiri dan bukan malah terpinggirkan karena adanya hasil produk tanaman dari luar negeri contohnya buah – buahan dan sayur-sayuran yang di import dari luar negeri. Harusnya kita juga bisa membuat hasil tanaman kita bisa di eksport ke luar negeri.

3.     Modal dan Kebutuhan yang diperlukan
Modal yang dibutuhkan sebenarnya cukup besar namun disini saya ingin mencobanya secara bertahap dan memulai dari modal yang cukup sedikit lebih dahulu yaitu dengan modal Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Disini modal itu kita gunakan untuk menyewa tempat untuk gudang penyimpanan pupuk dan membeli produk pupuk itu sendiri. Karena saya baru mencoba untuk membuat usaha di bidang pupuk ini jadi saya membeli produk pupuk jadi saja. Jadi disini awalnya saya hanya penjual pupuk jadi saja dan mensuplai ke para petani yang membutuhkan, jika berjalan baik dan bisa diterima oleh para petani maka saya akan mencoba untuk membuat produk pupuk sendiri.

No.
Kebutuhan
Biaya
1.
Menyewa Tempat (Ruko) Luas : 70 m2
Rp. 5.000.000,00 / tahun
2.
Membeli pupuk tani
Rp. 20.000.000,00
3.
Membeli alat transportasi (motor 3 roda)
Rp. 18.000.000,00
4.
Keperluan lain-lain
Rp. 7.000.000,00

Total
Rp. 50.000.000,00

Lalu disini saya haya membutuhkan 2 orang untuk mengelola usaha ini yaitu 1 orang untuk menyuplai pupuk-pupuk yang saya jual ke customer, dan 1 orang lainnya untuk menjaga di bagian ruko/gudang. Dan disini saya mebagi sitem gaji karyawan dengan cara setiap penghasilan yang di dapatkan tiap bulannya jika pemasukan 1 bulan mendapat Rp. 5.000.000,00 maka akan dibagi dengan presentasi 50% : 25% : 25% Yaitu pemilik usaha mendapat Rp. 2.500.000,00 dan 2 karyawan mendapat masing-masing Rp. 1.250.000,00. Dan setiap karyawan akan secara bergantian mengantarkan barang dan berjaga di toko setiap 2 minggu sekali jadi pekerjaan yang mereka berdua itu adil dan tidak akan ada yang saling iri dalam bekerja sama dalam menjalankan usaha ini.

4.     Contoh gambar produk
Inilah contoh produk pupuk yang kami jual, disini ada berbagai macam pupuk dari pupuk untuk padi maupun untuk tanaman hias dan tanaman yang berbuah.





Rabu, 08 Oktober 2014

Algoritma Pembentukan Garis (Tugas Grafik Komputer & Pengolahan Citra)

Algoritma Pembentukan Garis

Digital Diferential Analyzer (DDA) adalah algoritma pembentukan garis berdasarkan perhitungan Dy atau Dx, Garis dibuat menggunakan dua ujung garis, yaitu titik awal (x1, y1) dan titik akhir (x2, y2). Setiap koordinat titik (xk, yk) yang membentuk garis diperoleh dari perhitungan, kemudian hasil perhitungan dikonversikan menjadi nilai integer.

Langkah-langkah pembentukan garis berdasarkan algoritma DDA adalah:

1. Tentukan dua titik yang akan dihubungkan dalam pembentukan garis.
2. Tentukan salah satu sebagai titik awal (x1, y1) dan titik akhir (x2, y2).
3. Hitung dx = x2 – x1 dan dy = y2 – y1
4. Tentukan step, yaitu jarak maksimum jumlah penambahan nilai x atau nilai y, dengan ketentuan:
     a.  bila |dx| > |dy| maka step = |dx|
     b.  bila tidak, maka step = |dy|
5. Hitung penambahan koordinat pixel dengan persamaan:
      x_inc = dx / step
      y_inc = dy / step
6. Koordinat selanjutnya (x+x_inc, y+y_inc)
7. Plot pixel pada layar, nilai koordinat hasil perhitungan dibulatkan
8. Ulangi step nomor 6 dan 7 untuk menentukan posisi pixel berikutnya sampai x = x1 atau y = y1.

Kesimpulan :
Point atau titik adalah representasi grafis atau geometri yang paling sederhana bagian sederhana dalam objek spasial. Representasi ini tidak memiliki dimensi, tetapi dapat diidentifikasikan di atas peta dan dapat ditampilkan pada layar dalam bentuk simbol-simbol tertentu. Sedangkan untuk line atau garis adalah bentuk geometri linier yang akan menghubungkan paling sedikit dua titik dan digunakan untuk merepresentasikan objek-objek yg berdimensi satu. Batas geometri poligon merupakan garis.
Keuntungan  dari  algoritma  Digital  Differential  Analyzer  (DDA) adalah tidak perlu menghitung koordinat berdasarkan persamaan yang lengkap (menggunakan metode off set)
kerugiannya  dari algoritma  Digital  Differential  Analyzer  (DDA) adalah adanya akumulasi Round-off errors,  sehingga garis akan melenceng  dari garis lurus, selain itu operasi round-off juga menghabiskan waktu.

Senin, 14 April 2014

Makalah ENTREPRENEURSHIP (Tugas Teorum 2)

RESEARCH IN SOCIAL ENTREPRENEURSHIP:
PAST CONTRIBUTIONS AND FUTURE OPPORTUNITIES


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Teori Organisasi Umum 2

Dosen,
Lista Kuspriatni

Disusun Oleh:
Bagas Priambodo
Gilang Ilsan Tama Lubis
Jossy Ade Candra
Julius Agung
Roby Yuliardi
Mohammad Candra





SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA


A.PENDAHULUAN
Memahami proses terciptanya nilai baru  dalam pusat bidang entrepreneur, menciptakan nilai dalam bidang social entrepreneur yang menyebabkan banyak penelitian yang di lakukan oleh peneliti dan mahasiswa, untuk fokus pada bidang manajemen, manajemen strategis, dan kewirausahaan. Konsep ini juga menarik bagi para individu and corporate entrepreneurs and policy makers. Praktek social entrepreneur ini juga berkembang pada tahun 2004, dengan persentase 6,6% dari populasi penduduk di Inggris yang terlibat dalam beberapa jenis kegiatan yang berfokus pada masyarakat atau tujuan sosial, baik itu sebagai start-up venture or as owner-managers of that venture. Selain itu, terdapat penghargaan bagi praktisi, seperti Skoll Foundation’s Award for Social Entrepreneurship and Fast Company magazine’s Social Capitalist Awards.
Meskipun meningkatnya minat dalam social entrepreneur, namun definisi social entrepreuner telah banyak dikembangkan di sejumlah bidang yang berbeda, mulai dari tidak untuk profit, untuk profit, sektor publik, dan kombinasi dari ketiganya. Hal ini menghalangi penelitian-penelitian empiris untuk mengkaji social entrepreneur itu secara mendalam. Misalnya, kegagalan untuk mengukur dan membandingkan konsistensi kinerja dari social entreprenuer, yang pada akhirnya membatasi kemampuan kita untuk memahami unsur-unsur yang dipercaya dapat menumbuhkan kewirausahaan sosial.
Untuk menjembatani kesenjangan antara pemahaman kita tentang kewirausahaan sosial dan peningkatan pengetahuan yang bisa membantu dalam meneliti dan mengembangkan bidang ini, maka artikel ini yang pertama muncul untuk menganalisa keadaan saat pertukaran intelektual di kalangan pemikir-pemikir teoritis dan menyoroti potensi daerah perbaikan.

B. PEMBAHASAN

ASSESSING THE STATE OF SOCIAL ENTREPRENEURSHIP RESEARCH
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih besar dari literatur mengenai social entrepreneur, dalam artikel ini mengidentifikasi dan menganalisis isi dari artikel-artikel yang dipublikasikan dalam jurnal manajemen dan kewirausahaan di mana topik utamanya terkait dengan fenomena social entrepreneurship. Oleh karena itu, artikel ini mencari artikel yang secara eksplisit disebutkan kewirausahaan sosial, wirausahawan sosial, usaha sosial, atau perusahaan sosial, tanpa menempatkan batas-batas periode waktu tertentu. Mengingat bahwa social entrepreneur adalah aliran penelitian yang relatif baru, kami ingin menjelajahi setiap artikel pada subjek dan mungkin memeriksanya setiap tahun.
Dari 152 artikel tentang social entrepreneur menunjukkan bahwa ada peningkatan pada tingkat publikasi yang mencapai persentase 750% selama rentang waktu 18 tahun dari sampel yang diperoleh. Selain itu, tingkat publikasi pada tingkat publikasi artikel kewirausahaan dalam  jumlah artikel kewirausahaan dalam jurnal manajemen meningkat sebesar 62% selama periode 15 tahun.



Social entrepreneurship publications and citations
Dari beberapa disiplin ilmu yang paling umum memberikan kontribusi untuk penelitian social entrepreneur adalah manajemen (26%), lalu diikuti oleh kewirausahaan (11%), ilmu politik (10%), ekonomi (9%), pemasaran (6%), sosiologi (5%), dan pendidikan (5%). Disiplin ilmu seperti antropologi (1%), finance (1%), dan hukum (1%) yang menerbitkan paling sedikiti mengenai social entrepreneur, dan artikel ini juga tidak menemukan artikel social entrepreneur dalam disiplin ilmu akuntansi, manajemen operasi atau psikologi. Secara keseluruhan, hal ini menunjukkan bahwa penelitian social entrepreneur mulai menjangkau khalayak luas.
Lalu dari 152 artikel social entrepreneur yang diperoleh, sebanyak 80 (52%) merupakan artikel konseptual dan sebanyak 72 (48%) merupakan artikel empiris. Untuk artikel konseptual, diuji menggunakan proposisi formal. Sedangkan untuk artikel empiris, menggunakan proposisi formal atau hipotesis, metode penelitian, setting penelitian, ukuran sampel, dan pengukuran konstruk social entrepreneur (the measurement of the social entrepreneurship construct).
Conceptual articles
Artikel konseptual dikategorikan dalam beberapa hal, seperti deskripsi, penjelasan, atau prediksi (Kerlinger, 1986; Salju dan Thomas, 1994). Untuk menilainya tersebut, dengan menandai setiap deskripsi, penjelasan, atau prediksi sebagai kunci dalam menganalisanya.
Empirical articles
Artikel empiris diberi tanda pada bagian hipotesis formal, metode penelitian, sumber data, pengaturan penelitian geografis, ukuran sampel yang digunakan, dan bagaimana social entrepreneur yang dioperasionalkan atau diukur. Hipotesis yang benar, pertama, mereka menyediakan alat-alat kerja teori. Kedua, mereka memungkinkan untuk melakukan pengujian hubungan antara variabel, dan dengan demikian dapat ditampilkan untuk menjadi mungkin benar atau mungkin salah. Ketiga, dapat diuji terpisah dari nilai-nilai seorang peneliti dan pendapat.

Implications of Empirical Findings
Eisenhardt (1989) melihat walau terdapat tahapan awal dalam usaha penyediaan dasar penelitian. Akan tetapi sayangnya konsep kewirausahaan sosial yang digunakan sekurangnya dua decade ini lebih kepada teori pembangunan. Yangmana dalam teori pembangunan ini seharusnya termasuk pembelajaran, kesetaraan, akurat, dan spesifik (Weick, 1979; Short et al., 2002). Penjelasan akan teori ini mungkin akurat dan spesifik. Tetapi tidak kepada pencariaan kesetaraan. Penelitian kewirausahaan sosial akan tersisa dalam pembangunan negara jika penelitian masa depan gagal untuk diusahakan berdasarkan faktor empiris kewirausahaan sosial. Ketika metode dalam teori ferifikasi berjalan seharusnya ada penggabungan dugaan hipotesa secara rinci jika penelitian ini sudah matang.



Delineating the Boundaries of Social Entrepreneurship
Mair dan Marti mendefinisikan kewirausahaan sosial yang pertama sebagai suatu proses menciptakan nilai dengan menggabungkan sumber daya dengan cara yang baru. Kedua sumber daya yang dikombinasikan ini terutama ditujukan untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi kesempatan untuk menciptakan nilai social dengan rangsangan perubahan sosial atau dengan pemenuhan kebutuhan social.

Implications for Theory Building
Integrasi dalam strategi dan kewirausahaan menghasilkan nilai pelanggan dan keuntungan sumberdaya perusahaan dapat bersaing lebih diantara organisasi lainnya (Scehendel and Hitt, 2007). Perkembangan konseptual dalam kewirausahaan sosial bisa menyediakan sebuah konteks unik untuk mengintegrasikan strategi dan penelitian kewirausahaan oleh tingkat pemahaman bagaimana organisasi secara serempak mengahsilkan nilai sosial dan keuntungan dalam mencapai penghargaan.

Implication of  Theory Testing
Membangun dasar dalam penelitian induktif di kewirausahaan sosial, pada 18 tahun kedepan kita akan melihat sebuah kesempatan yang terbaik untuk menguji teori secara teliti menggunakan metode kuantitatif.  Seperti Van de Ven and Johnsons (2006) merekomendasikan, sebuah keberagaman dalam metode dan model meningkatkan validitas, realibilitas,  dan pembelajaran; membandingkan dan mengontraskan perbedaan perspektif memerlukan diksriminasi antara kesalahan, noise, dan informasi mengenai persoalan sosial.

Implication for Theory Testing
Pada 18 tahun pertamanya, penelitian social entrepreneurship dikarakteristikkan sebagai penelitian yang lebih banyak menggunakan pendekatan-pendekatan kualitatif. Sebagai penelitian mendalam, metode kualitatif ini telah digunakan dalam 12 penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan atau menguji teori dari 17 artikel paling menarik dalam bidang manajemen. Melalui pendekatan yang sangat ‘menggali’ ini, diharapkan penelitian-penelitian social entrepreneurship selanjutnya di masa depan tetap meneruskan tradisi ini sehingga hasilnya bisa terus dipublikasikan dalam jurnal-jurnal manajemen dan entrepreneurship.
Menurut Van de Ven dan Johnson (2006), untuk menyaring kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi serta meningkatkan validitas, keandalan, dan pembelajaran, diperlukan kombinasi model-model metode lain seperti pendekatan kuantitatif ketika menghadapi persoalan yang kompleks.
Tantangan terbesar dalam penelitian social entrepreneurship adalah pengumpulan data dan pengukurannya. Khususnya mengenai keputusan dalam sampling, dimana hal ini merupakan kunci yang akan mengungkap hubungan antara fenomena yang ada dengan apa yang akan dilakukan organisasi terkait fenomena tadi. Keputusan ini pula lah yang juga mempengaruhi pengetahuan-pengetahuan yang kita gunakan dalam menentukan langkah-langkah yang akan diambil sebagai pengusaha sosial. Menggunakan database yang besar menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan penelitian social entrepreneurship sehingga solusi-solusi kreatif dibutuhkan untuk mengimbangi sampel yang besar tadi. Jika hal ini berhasil dilakukan maka database yang besar beserta pengukuran yang tepat akan sangat membantu penelitian-penelitian social entrepreneurship selanjutnya di masa mendatang. Sebagai contoh, Social Capitalist Awards dari Fast Magazine menyediakan informasi mengenai perusahaan-perusahaan sosial. Hasil terkini dipublikasikan untuk 45 pemenang nonprofit; dan untuk pertama kalinya majalah ini juga mengukur perusahaan-perusahaan for-profit dengan menggunakan metodologi yang sama dan 10 perusahaan berhasil masuk dalam nominasi ini. dengan database dari seluruh anggota dari majalah fast company, dimungkinkan untuk melakukan studi panel untuk mempelajari tanggung jawab sosial dengan jumlah sampel yang besar tadi. Dengan masuknya perusahaan for-profit dalam nominasi tadi, praktik social entrepreneurship tidak lagi hanya dapat dilihat sebagai fenomena nonprofit saja, melainkan dapat pula dipraktikkan pada sektor bisnis tradisional (for-profit).
Perbedaan tujuan serta aspirasi adalah dua hal kunci yang membedakan entrepreneurship dengan social entrepreneurship dalam perbedaan arah gerak dari keduanya. Beberapa tujuan yang termasuk dalam social entrepreneurship, diantaranya adalah: isu mengenai keberlanjutan lingkungan, dukungan bagi fenomena-fenomena dengan dampak sosial, pemberdayaan komunitas, inovasi untuk kebutuhan sosial, serta pembuatan kebijakan yang dirancang untuk mencapai perubahan sosial.
Memahami dampak dari resiko serta proses dan hasil yang tidak pasti menjadi hal yang diminati peneliti dalam strategic entrepreneurship. Prospect theory - yang digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia di dalam kondisi-kondisi beresiko dan dimana kondisi-kondisi nyaman bagi manusia lebih resiko dibandingkan dengan kondisi-kondisi yang tidak pernah atau tidak nyaman baginya – dapat memberikan pemahaman mengenai penelitian social entrepreneurship dengan resiko-resiko yang mungkin ada dalam prosesnya. Teori ini menjadi minat bagi mereka yang beranggapan bahwa social entrepreneurship lebih beresiko ketimbang commercial entrepreneurship karena kurangnya opsi-opsi terkait dana pelaksanaannya. Pandangan lain menyebutkan, kunci dari social entrepreneurship adalah mereka yang berani mengambil keputusan dengan resiko yang tinggi.

Implications for Practitioners
Social entrepreneurship telah beralih dari yang pada awalnya hanya fokus kepada kebijakan publik menjadi topik yang lebih diperhatikan dalam dunia bisnis. Usaha pebisnis dalam mengejar peluang bisnis dengan misi yang mempertimbangkan manfaat bagi kepentingan sosial adalah salah satu alasan penelitian social entrepreneurship berkembang dengan baik. Entrepreneurship dapat dilihat sebagai kunci dimana organisasi dapat memberdayakan kemampuan mereka untuk menanamkan nilai melalui inovasi dan bisnis yang cerdas. Banyak entrepreneur-entrepreneur yang sukses dengan “doing more with less”, dimana efisiensi dan kreativitas dalam mengolah sumber daya adalah kunci kesuksesan mereka. Sehingga penelitian social entrepreneurship di kemudian hari akan diperlakukan sebagai upaya unik dalam menciptakan sumber daya dalam keadaan serba yang terbatas.

Implication for theory
Temuan penelitian menunjukkan bahwa kewirausahaan sosial dapat dikonseptualisasikan sebagai konsep multidimensi dengan dimensi perilaku inovatif, proaktif dan manajemen resiko. Gagasan tersebut menunjukkan sebagai gagasan multidimensi ketika terdiri dari dimensi dan atribut yang saling terkait dan dalam domain multidimensi.


Implication for management and policy
Penelitian ini bisa menjadi dasar praktek dalam kegiatan organisasi NFPs. Misalnya seperti visi pemimpin yang jadi lebih menakankan pada perilaku proaktif dan responsif terhadap strategi manajemen dalam lingkungan yang kompetitif dalam persaingan pencarian dana dengan organisasi yang beroreintasi pada keuntungan. Mereka juga harus terus-menerus memonitor inisiatif kebijakan-kabijakan yang dibuat pemerintah guna meningkatkan transparansi dan daya saing pada pasar pelayanan. Hal tersebut tentu saja membutuhkan inovasi, proaktis dan manajemen resiko dalam upaya kegiatan mereka. Selain itu NFPs juga harus menyeimbangkan prioritas misi sosial dengan keberlanjutan organisasi.


C. PENUTUP


Abstrak
Social entrepreneurship telah menjadi salah satu topik penelitian akademis selama hampir 20 tahun terakhir, tapi belum atau masih sedikit keluaran jurnal yang ada mengenai penelitian social entrepreneurship tersebut. Telah banyak muncul artikel-artikel mengenai social entrepreneurship namun tidak diimbangi dengan penelitian-penelitian empiris yang telah dilakukan. Sedikit dari penelitian empirik mengenai topik ini pun kebanyakan kurang mantap dalam penggunaan hipotesa serta metodenya. Atas dasar ini dapat dikatakan penelitian social entrepreneurship masih dalam tahap awal (embrio). Kemudian social entrepreneurship dapat dilihat dari berbagai bidang seperti entrepreneurship, manajemen publik/nonprofit, isu-isu sosial, dan banyak lagi dimana kesemuanya itu dapat menjadi lahan segar untuk pijakan penelitian-penelitian social entrepreneurship di masa mendatang. Tidak kalah penting dimana peneliti harus menemukan tema-tema kunci dalam melakukan penelitian social entrepreneurship yang diramu menggunakan teori yang telah mantap.



Discussion
Pada tahun-tahun pertama kemunculan social entrepreneurship, pengetahuan mengenai hal tersebut hanya berbasis pada kasus yang didapat dari data kualitatif yang dikumpulkan secara mendalam oleh peneliti. Kemudian Hal ini ditetapkan dalam jurnal kebijakan publik dan nonprofit sebagai pijakan manajemen entrepreneurship. Namun hal tadi saja dapat dikatakan masih minimal mengingat penelitian social entrepreneurship baru saja tumbuh dan berkembang. Untuk memajukan penelitian social entrepreneurship secara teoritis maupun empiris, jurnal ini menetapkan 10 tema kunci yang merupakan kepentingan-kepentingan strategis dari entrepreneurship oleh Schendel dan Hitt (2007).

Sumber :

http://www.Yahoo.com
http://www.Google.com
http://www.wikipedia.com
http://www.blogspot.com