Senin, 14 April 2014

Makalah ENTREPRENEURSHIP (Tugas Teorum 2)

RESEARCH IN SOCIAL ENTREPRENEURSHIP:
PAST CONTRIBUTIONS AND FUTURE OPPORTUNITIES


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Teori Organisasi Umum 2

Dosen,
Lista Kuspriatni

Disusun Oleh:
Bagas Priambodo
Gilang Ilsan Tama Lubis
Jossy Ade Candra
Julius Agung
Roby Yuliardi
Mohammad Candra





SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA


A.PENDAHULUAN
Memahami proses terciptanya nilai baru  dalam pusat bidang entrepreneur, menciptakan nilai dalam bidang social entrepreneur yang menyebabkan banyak penelitian yang di lakukan oleh peneliti dan mahasiswa, untuk fokus pada bidang manajemen, manajemen strategis, dan kewirausahaan. Konsep ini juga menarik bagi para individu and corporate entrepreneurs and policy makers. Praktek social entrepreneur ini juga berkembang pada tahun 2004, dengan persentase 6,6% dari populasi penduduk di Inggris yang terlibat dalam beberapa jenis kegiatan yang berfokus pada masyarakat atau tujuan sosial, baik itu sebagai start-up venture or as owner-managers of that venture. Selain itu, terdapat penghargaan bagi praktisi, seperti Skoll Foundation’s Award for Social Entrepreneurship and Fast Company magazine’s Social Capitalist Awards.
Meskipun meningkatnya minat dalam social entrepreneur, namun definisi social entrepreuner telah banyak dikembangkan di sejumlah bidang yang berbeda, mulai dari tidak untuk profit, untuk profit, sektor publik, dan kombinasi dari ketiganya. Hal ini menghalangi penelitian-penelitian empiris untuk mengkaji social entrepreneur itu secara mendalam. Misalnya, kegagalan untuk mengukur dan membandingkan konsistensi kinerja dari social entreprenuer, yang pada akhirnya membatasi kemampuan kita untuk memahami unsur-unsur yang dipercaya dapat menumbuhkan kewirausahaan sosial.
Untuk menjembatani kesenjangan antara pemahaman kita tentang kewirausahaan sosial dan peningkatan pengetahuan yang bisa membantu dalam meneliti dan mengembangkan bidang ini, maka artikel ini yang pertama muncul untuk menganalisa keadaan saat pertukaran intelektual di kalangan pemikir-pemikir teoritis dan menyoroti potensi daerah perbaikan.

B. PEMBAHASAN

ASSESSING THE STATE OF SOCIAL ENTREPRENEURSHIP RESEARCH
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih besar dari literatur mengenai social entrepreneur, dalam artikel ini mengidentifikasi dan menganalisis isi dari artikel-artikel yang dipublikasikan dalam jurnal manajemen dan kewirausahaan di mana topik utamanya terkait dengan fenomena social entrepreneurship. Oleh karena itu, artikel ini mencari artikel yang secara eksplisit disebutkan kewirausahaan sosial, wirausahawan sosial, usaha sosial, atau perusahaan sosial, tanpa menempatkan batas-batas periode waktu tertentu. Mengingat bahwa social entrepreneur adalah aliran penelitian yang relatif baru, kami ingin menjelajahi setiap artikel pada subjek dan mungkin memeriksanya setiap tahun.
Dari 152 artikel tentang social entrepreneur menunjukkan bahwa ada peningkatan pada tingkat publikasi yang mencapai persentase 750% selama rentang waktu 18 tahun dari sampel yang diperoleh. Selain itu, tingkat publikasi pada tingkat publikasi artikel kewirausahaan dalam  jumlah artikel kewirausahaan dalam jurnal manajemen meningkat sebesar 62% selama periode 15 tahun.



Social entrepreneurship publications and citations
Dari beberapa disiplin ilmu yang paling umum memberikan kontribusi untuk penelitian social entrepreneur adalah manajemen (26%), lalu diikuti oleh kewirausahaan (11%), ilmu politik (10%), ekonomi (9%), pemasaran (6%), sosiologi (5%), dan pendidikan (5%). Disiplin ilmu seperti antropologi (1%), finance (1%), dan hukum (1%) yang menerbitkan paling sedikiti mengenai social entrepreneur, dan artikel ini juga tidak menemukan artikel social entrepreneur dalam disiplin ilmu akuntansi, manajemen operasi atau psikologi. Secara keseluruhan, hal ini menunjukkan bahwa penelitian social entrepreneur mulai menjangkau khalayak luas.
Lalu dari 152 artikel social entrepreneur yang diperoleh, sebanyak 80 (52%) merupakan artikel konseptual dan sebanyak 72 (48%) merupakan artikel empiris. Untuk artikel konseptual, diuji menggunakan proposisi formal. Sedangkan untuk artikel empiris, menggunakan proposisi formal atau hipotesis, metode penelitian, setting penelitian, ukuran sampel, dan pengukuran konstruk social entrepreneur (the measurement of the social entrepreneurship construct).
Conceptual articles
Artikel konseptual dikategorikan dalam beberapa hal, seperti deskripsi, penjelasan, atau prediksi (Kerlinger, 1986; Salju dan Thomas, 1994). Untuk menilainya tersebut, dengan menandai setiap deskripsi, penjelasan, atau prediksi sebagai kunci dalam menganalisanya.
Empirical articles
Artikel empiris diberi tanda pada bagian hipotesis formal, metode penelitian, sumber data, pengaturan penelitian geografis, ukuran sampel yang digunakan, dan bagaimana social entrepreneur yang dioperasionalkan atau diukur. Hipotesis yang benar, pertama, mereka menyediakan alat-alat kerja teori. Kedua, mereka memungkinkan untuk melakukan pengujian hubungan antara variabel, dan dengan demikian dapat ditampilkan untuk menjadi mungkin benar atau mungkin salah. Ketiga, dapat diuji terpisah dari nilai-nilai seorang peneliti dan pendapat.

Implications of Empirical Findings
Eisenhardt (1989) melihat walau terdapat tahapan awal dalam usaha penyediaan dasar penelitian. Akan tetapi sayangnya konsep kewirausahaan sosial yang digunakan sekurangnya dua decade ini lebih kepada teori pembangunan. Yangmana dalam teori pembangunan ini seharusnya termasuk pembelajaran, kesetaraan, akurat, dan spesifik (Weick, 1979; Short et al., 2002). Penjelasan akan teori ini mungkin akurat dan spesifik. Tetapi tidak kepada pencariaan kesetaraan. Penelitian kewirausahaan sosial akan tersisa dalam pembangunan negara jika penelitian masa depan gagal untuk diusahakan berdasarkan faktor empiris kewirausahaan sosial. Ketika metode dalam teori ferifikasi berjalan seharusnya ada penggabungan dugaan hipotesa secara rinci jika penelitian ini sudah matang.



Delineating the Boundaries of Social Entrepreneurship
Mair dan Marti mendefinisikan kewirausahaan sosial yang pertama sebagai suatu proses menciptakan nilai dengan menggabungkan sumber daya dengan cara yang baru. Kedua sumber daya yang dikombinasikan ini terutama ditujukan untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi kesempatan untuk menciptakan nilai social dengan rangsangan perubahan sosial atau dengan pemenuhan kebutuhan social.

Implications for Theory Building
Integrasi dalam strategi dan kewirausahaan menghasilkan nilai pelanggan dan keuntungan sumberdaya perusahaan dapat bersaing lebih diantara organisasi lainnya (Scehendel and Hitt, 2007). Perkembangan konseptual dalam kewirausahaan sosial bisa menyediakan sebuah konteks unik untuk mengintegrasikan strategi dan penelitian kewirausahaan oleh tingkat pemahaman bagaimana organisasi secara serempak mengahsilkan nilai sosial dan keuntungan dalam mencapai penghargaan.

Implication of  Theory Testing
Membangun dasar dalam penelitian induktif di kewirausahaan sosial, pada 18 tahun kedepan kita akan melihat sebuah kesempatan yang terbaik untuk menguji teori secara teliti menggunakan metode kuantitatif.  Seperti Van de Ven and Johnsons (2006) merekomendasikan, sebuah keberagaman dalam metode dan model meningkatkan validitas, realibilitas,  dan pembelajaran; membandingkan dan mengontraskan perbedaan perspektif memerlukan diksriminasi antara kesalahan, noise, dan informasi mengenai persoalan sosial.

Implication for Theory Testing
Pada 18 tahun pertamanya, penelitian social entrepreneurship dikarakteristikkan sebagai penelitian yang lebih banyak menggunakan pendekatan-pendekatan kualitatif. Sebagai penelitian mendalam, metode kualitatif ini telah digunakan dalam 12 penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan atau menguji teori dari 17 artikel paling menarik dalam bidang manajemen. Melalui pendekatan yang sangat ‘menggali’ ini, diharapkan penelitian-penelitian social entrepreneurship selanjutnya di masa depan tetap meneruskan tradisi ini sehingga hasilnya bisa terus dipublikasikan dalam jurnal-jurnal manajemen dan entrepreneurship.
Menurut Van de Ven dan Johnson (2006), untuk menyaring kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi serta meningkatkan validitas, keandalan, dan pembelajaran, diperlukan kombinasi model-model metode lain seperti pendekatan kuantitatif ketika menghadapi persoalan yang kompleks.
Tantangan terbesar dalam penelitian social entrepreneurship adalah pengumpulan data dan pengukurannya. Khususnya mengenai keputusan dalam sampling, dimana hal ini merupakan kunci yang akan mengungkap hubungan antara fenomena yang ada dengan apa yang akan dilakukan organisasi terkait fenomena tadi. Keputusan ini pula lah yang juga mempengaruhi pengetahuan-pengetahuan yang kita gunakan dalam menentukan langkah-langkah yang akan diambil sebagai pengusaha sosial. Menggunakan database yang besar menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan penelitian social entrepreneurship sehingga solusi-solusi kreatif dibutuhkan untuk mengimbangi sampel yang besar tadi. Jika hal ini berhasil dilakukan maka database yang besar beserta pengukuran yang tepat akan sangat membantu penelitian-penelitian social entrepreneurship selanjutnya di masa mendatang. Sebagai contoh, Social Capitalist Awards dari Fast Magazine menyediakan informasi mengenai perusahaan-perusahaan sosial. Hasil terkini dipublikasikan untuk 45 pemenang nonprofit; dan untuk pertama kalinya majalah ini juga mengukur perusahaan-perusahaan for-profit dengan menggunakan metodologi yang sama dan 10 perusahaan berhasil masuk dalam nominasi ini. dengan database dari seluruh anggota dari majalah fast company, dimungkinkan untuk melakukan studi panel untuk mempelajari tanggung jawab sosial dengan jumlah sampel yang besar tadi. Dengan masuknya perusahaan for-profit dalam nominasi tadi, praktik social entrepreneurship tidak lagi hanya dapat dilihat sebagai fenomena nonprofit saja, melainkan dapat pula dipraktikkan pada sektor bisnis tradisional (for-profit).
Perbedaan tujuan serta aspirasi adalah dua hal kunci yang membedakan entrepreneurship dengan social entrepreneurship dalam perbedaan arah gerak dari keduanya. Beberapa tujuan yang termasuk dalam social entrepreneurship, diantaranya adalah: isu mengenai keberlanjutan lingkungan, dukungan bagi fenomena-fenomena dengan dampak sosial, pemberdayaan komunitas, inovasi untuk kebutuhan sosial, serta pembuatan kebijakan yang dirancang untuk mencapai perubahan sosial.
Memahami dampak dari resiko serta proses dan hasil yang tidak pasti menjadi hal yang diminati peneliti dalam strategic entrepreneurship. Prospect theory - yang digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia di dalam kondisi-kondisi beresiko dan dimana kondisi-kondisi nyaman bagi manusia lebih resiko dibandingkan dengan kondisi-kondisi yang tidak pernah atau tidak nyaman baginya – dapat memberikan pemahaman mengenai penelitian social entrepreneurship dengan resiko-resiko yang mungkin ada dalam prosesnya. Teori ini menjadi minat bagi mereka yang beranggapan bahwa social entrepreneurship lebih beresiko ketimbang commercial entrepreneurship karena kurangnya opsi-opsi terkait dana pelaksanaannya. Pandangan lain menyebutkan, kunci dari social entrepreneurship adalah mereka yang berani mengambil keputusan dengan resiko yang tinggi.

Implications for Practitioners
Social entrepreneurship telah beralih dari yang pada awalnya hanya fokus kepada kebijakan publik menjadi topik yang lebih diperhatikan dalam dunia bisnis. Usaha pebisnis dalam mengejar peluang bisnis dengan misi yang mempertimbangkan manfaat bagi kepentingan sosial adalah salah satu alasan penelitian social entrepreneurship berkembang dengan baik. Entrepreneurship dapat dilihat sebagai kunci dimana organisasi dapat memberdayakan kemampuan mereka untuk menanamkan nilai melalui inovasi dan bisnis yang cerdas. Banyak entrepreneur-entrepreneur yang sukses dengan “doing more with less”, dimana efisiensi dan kreativitas dalam mengolah sumber daya adalah kunci kesuksesan mereka. Sehingga penelitian social entrepreneurship di kemudian hari akan diperlakukan sebagai upaya unik dalam menciptakan sumber daya dalam keadaan serba yang terbatas.

Implication for theory
Temuan penelitian menunjukkan bahwa kewirausahaan sosial dapat dikonseptualisasikan sebagai konsep multidimensi dengan dimensi perilaku inovatif, proaktif dan manajemen resiko. Gagasan tersebut menunjukkan sebagai gagasan multidimensi ketika terdiri dari dimensi dan atribut yang saling terkait dan dalam domain multidimensi.


Implication for management and policy
Penelitian ini bisa menjadi dasar praktek dalam kegiatan organisasi NFPs. Misalnya seperti visi pemimpin yang jadi lebih menakankan pada perilaku proaktif dan responsif terhadap strategi manajemen dalam lingkungan yang kompetitif dalam persaingan pencarian dana dengan organisasi yang beroreintasi pada keuntungan. Mereka juga harus terus-menerus memonitor inisiatif kebijakan-kabijakan yang dibuat pemerintah guna meningkatkan transparansi dan daya saing pada pasar pelayanan. Hal tersebut tentu saja membutuhkan inovasi, proaktis dan manajemen resiko dalam upaya kegiatan mereka. Selain itu NFPs juga harus menyeimbangkan prioritas misi sosial dengan keberlanjutan organisasi.


C. PENUTUP


Abstrak
Social entrepreneurship telah menjadi salah satu topik penelitian akademis selama hampir 20 tahun terakhir, tapi belum atau masih sedikit keluaran jurnal yang ada mengenai penelitian social entrepreneurship tersebut. Telah banyak muncul artikel-artikel mengenai social entrepreneurship namun tidak diimbangi dengan penelitian-penelitian empiris yang telah dilakukan. Sedikit dari penelitian empirik mengenai topik ini pun kebanyakan kurang mantap dalam penggunaan hipotesa serta metodenya. Atas dasar ini dapat dikatakan penelitian social entrepreneurship masih dalam tahap awal (embrio). Kemudian social entrepreneurship dapat dilihat dari berbagai bidang seperti entrepreneurship, manajemen publik/nonprofit, isu-isu sosial, dan banyak lagi dimana kesemuanya itu dapat menjadi lahan segar untuk pijakan penelitian-penelitian social entrepreneurship di masa mendatang. Tidak kalah penting dimana peneliti harus menemukan tema-tema kunci dalam melakukan penelitian social entrepreneurship yang diramu menggunakan teori yang telah mantap.



Discussion
Pada tahun-tahun pertama kemunculan social entrepreneurship, pengetahuan mengenai hal tersebut hanya berbasis pada kasus yang didapat dari data kualitatif yang dikumpulkan secara mendalam oleh peneliti. Kemudian Hal ini ditetapkan dalam jurnal kebijakan publik dan nonprofit sebagai pijakan manajemen entrepreneurship. Namun hal tadi saja dapat dikatakan masih minimal mengingat penelitian social entrepreneurship baru saja tumbuh dan berkembang. Untuk memajukan penelitian social entrepreneurship secara teoritis maupun empiris, jurnal ini menetapkan 10 tema kunci yang merupakan kepentingan-kepentingan strategis dari entrepreneurship oleh Schendel dan Hitt (2007).

Sumber :

http://www.Yahoo.com
http://www.Google.com
http://www.wikipedia.com
http://www.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar